Akibat Menyakiti Guru dalam Kitab Ta‘lim al-Muta‘allim
Dalam tradisi Islam, guru memiliki kedudukan yang sangat mulia. Guru adalah orang yang menunjukkan jalan ilmu, membimbing murid dari gelapnya kebodohan menuju cahaya pengetahuan. Karena itu, para ulama sejak dahulu menekankan pentingnya menjaga adab kepada guru.
Salah satu kitab klasik yang banyak dipelajari di pesantren adalah Ta‘lim al-Muta‘allim Thariq al-Ta‘allum karya Syaikh Burhanuddin al-Zarnuji. Kitab ini bukan hanya membahas cara belajar, tetapi juga adab murid terhadap guru agar ilmunya bermanfaat dan penuh berkah.
Dalam salah satu nasihatnya, al-Zarnuji menukil sebuah ungkapan:
النَّصُّ العَرَبِيّ
قِيلَ: مَنْ آذَى مُعَلِّمَهُ لَمْ يُفْلِحْ أَبَدًا، وَمَنْ اسْتَخَفَّ بِمُعَلِّمِهِ يُحْرَمُ بَرَكَةَ الْعِلْمِ، وَمَنْ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى ذُلِّ التَّعَلُّمِ بَقِيَ عُمْرُهُ فِي عَمَى الْجَهْلِ.
Terjemahannya:
Dikatakan: Barang siapa menyakiti gurunya, maka ia tidak akan beruntung selamanya.
Barang siapa meremehkan gurunya, ia akan diharamkan dari keberkahan ilmu.
Barang siapa tidak sabar menanggung kerendahan (tawadhu’) dalam belajar, maka sepanjang hidupnya ia akan tetap dalam buta kebodohan.
Makna dan Penjelasan
1. Menyakiti Guru Menghalangi Keberuntungan
Menyakiti guru, baik dengan ucapan kasar, sikap tidak hormat, atau membantah tanpa adab, akan menutup pintu keberhasilan. Ilmu yang dipelajari bisa saja masuk ke kepala, tetapi tidak memberi manfaat dalam kehidupan.
2. Meremehkan Guru Menghilangkan Berkah
Seorang murid yang merasa lebih pintar atau memandang rendah gurunya tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu. Barakah inilah yang membuat ilmu terasa ringan dipahami, mudah diamalkan, dan membawa kebaikan. Tanpa barakah, ilmu bisa menjadi beban bahkan menjerumuskan.
3. Kesabaran dalam Belajar Adalah Kunci
Murid perlu sabar menghadapi kesulitan belajar. Kadang ada rasa bosan, tugas yang banyak, atau guru yang keras mendidik. Semua itu adalah bagian dari proses. Jika tidak sabar dan mudah putus asa, maka kebodohan akan tetap melekat sepanjang hidup.
Kisah Nyata Para Ulama dengan Guru Mereka
1. Imam Syafi’i dan Imam Malik
Imam Syafi’i muda belajar kepada Imam Malik di Madinah. Dikisahkan, setiap kali membuka halaman kitab al-Muwaththa’, Imam Syafi’i tak pernah berani membalik lembaran kitab di hadapan gurunya dengan suara keras karena takut mengganggu. Ia sangat menjaga sopan santun hingga akhirnya Imam Malik berkata:
> “Aku melihat Allah telah memberikan cahaya pada hatimu, maka janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.”
Kehormatan Imam Syafi’i kepada gurunya membuat ilmunya penuh berkah dan terus dipelajari hingga kini.
2. Imam Abu Hanifah dengan Gurunya Hammad
Imam Abu Hanifah belajar selama 18 tahun kepada gurunya, Hammad bin Abi Sulaiman. Selama itu beliau tidak pernah duduk lebih tinggi dari gurunya, meskipun beliau sendiri sudah menjadi ahli ilmu. Ketawadhuannya membuatnya dikenal sebagai imam besar dalam fikih.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa adab lebih tinggi daripada ilmu, sebagaimana pepatah Arab mengatakan:
> الأدبُ فوقَ العِلمِ
Adab itu lebih tinggi daripada ilmu.
Relevansi untuk Kita Saat Ini
Mungkin ada yang berpikir, nasihat ini hanya berlaku di masa lalu. Padahal, justru di zaman modern sekarang, adab kepada guru semakin penting. Dengan teknologi digital, murid bisa mencari informasi sendiri di internet. Namun, tetap saja guru adalah pembimbing yang mengarahkan bagaimana ilmu itu dipahami dan diamalkan dengan benar.
Banyak orang pintar secara akademik, tetapi gagal dalam kehidupan karena kehilangan keberkahan ilmu. Sebaliknya, orang yang menjaga adab kepada guru meskipun tidak banyak ilmunya, sering kali hidupnya dipenuhi keberuntungan.
Penutup
Kitab Ta‘lim al-Muta‘allim mengingatkan kita bahwa:
- Ilmu tanpa adab tidak akan membawa manfaat.
- Menyakiti atau meremehkan guru bisa menghalangi cahaya ilmu.
- Kesabaran dan kerendahan hati adalah kunci keberhasilan dalam menuntut ilmu.
Dengan menjaga adab kepada guru, insyaAllah ilmu yang dipelajari akan menjadi cahaya yang menerangi kehidupan kita, dunia maupun akhirat.

0 Response to "Akibat Menyakiti Guru dalam Kitab Ta‘lim al-Muta‘allim"
Posting Komentar